PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PADA MATERI OPERASI BILANGAN CACAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD
Oleh
Reizky
(PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email: reizkyalaydrus@yahoo.com)
Abstrak:
proses pembelajaran matematika di SD sering kali mendapatkan banyak kendala
salah satu di antaranya yaitu pembelajaran yang sulit dipahami anak hal ini dikarenakan
metode yang digunakan guru terlalu konvensional dan monoton. Oleh karena itulah
diperlukan sebuah metode yang modern seperti dengan metode kooperatif yang mana
anak lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna dan mudah dipahami anak.
Kata
kunci : penerapan pembelajaraan kooperatif, operasi bilangan
cacah.
Pendahuluan
Mata
pelajaran matematika masih menjadi masalah pembelajaran yang serius. Hal ini
disebabkan oleh beberapa masalah klasik salah satu di antaranya karena model
pembelajaran matematika yang kurang bervariatif dan jarang melibatkan siswa
dalam menyelesaikan dan menemukan suatu masalah.
Dalam
dunia pendidikan sekarang ini masih terdapat guru yang menganut pradigma lama
yaitu guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Mereka mengajar
dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan
hafal (3 DCH) serta mengadu siswa satu sama lain.
Suasana
kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga siswa
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini
siswa akan membuat komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses
belajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan
persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan
terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat
pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu
menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara
kooperatif.
Pada
pembelajaran matematika di kelas, belajar matematika dengan kelompok kerja atau
berinteraksi dengan teman sebangku atau kelompok kecil lebih konpetitif,
meskipun pada suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan
ini siswa berpasangan belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan
tugas-tugas matematika yang diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan
tugas atau memecahkan masalah. Kegiatan kelompok kooperatif terkait dengan
banyaknya pendekatan atau metode, seperti eksperimen, investigasi, aksplorasi
dan pemecahan masalah.
Berdasarkan
uraian di atas, maka masalah umum dalam artikel ini adalah “bagaimana penerapan
model pembelajaraan kooperatif pada materi bilngan cacah dalam pembelajaran
matematika di SD”. Agar pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif pada materi bilangan cacah dapat dijabarkan secara terperinci, maka
penulis membaginya dalam beberapa sub masalah seperti di bawah ini.
1.
Bagaimanakan hakekat pembelajaran
kooperatif di SD ?
2.
Bagaimanakah model – model pembelajaran kooperatif di SD ?
3. Apa
saja konsep dasar bilangan cacah ?
4. Bagaimanakah
penerapan pembelajaran kooperatif di SD ?
Berdasarkan
masalah dan sub masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan dari artikel
ini adalah untuk mendriskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif pada
materi bilangan cacah dalam pembelajaran bilangan cacah di SD. Adapun tujuan
umum tersebut dibagi lagi menjadi beberapa tujuan khusus, seperti di bawah ini.
1.
Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
hakekat model pembelajaran kooperatif di SD.
2.
Untuk mendiskripsikan model-model
pembelajaran kooperatif di SD
3.
Untuk mendiskripsikan konsep dasar
bilangan cacah.
4.
Untuk mendiskripsikan penerapan
pembelajaran kooperatif di SD.
Hakekat
pembelajaran kooperatif
Davidson
& Kroll ( dalam Nur Asma 2006 : 11) mendifinisikan belajar kooperati adalah
suatu kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok
kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa
belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam
belajar kelompok dan sekaligus
masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas belajar anggota kelompoknya,
sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Model
Pembelajara Kooperatif
1.
Student Teams-Achievement Divisions (STAD
)
Model
STAD yang dikembangkan oleh Robert dan kolega-koleganya di Universitas John
Hopkin, merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan merupakan salah satu model yang banyak digunakan dalam
pebelajaran kooperatif.
Slavin
(dalam Nur Asma 2006 : 51) menjelaskan bahwa pembelajaraan kooperatif dengan
model STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau
lima orang yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,
sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang
dan rendah atau varisi jenis kelamin, kelompok etnis dan rasa tau kelompok
sosial lainnya. Guru lebih dahulu menyajikan materi baru dalam kelas, kemudian
anggota tim mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut dalam kelompok
mereka yang biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja,
bertanya satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas
mereka itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Pada akhirnya guru
memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu.
Setiap
anggota kelompok harus memberikan skor yang terbaik kepada kelompoknya dengan
menunjukkan peningkatan penampilan disbanding dengan sebelumnya atau dengan
mencapai nilai yang sempurna. Kelompok yang tanpa memiliki anggota-anggota yang
meningkat nilainya dan menghasilkan skor yang sempurna tidak akan menang atau
mendapat penghargaan.
2.
Teams-Games-Tournaments (TGT)
Model
TGT adalah suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi
pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan
kepada siswa. Setelah itu, siswa pindah kekelompok masing-masing untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang
diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu
seminggu sekali pada meja tournament dengan dua rekan dari kelompok lain untuk
membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain.
STAD
dan TGT paling cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan dengan jelas, misalnya pada bidang studi
matematika.
3.
Team-Assisted individualization (TAI)
Model ini dirancang dan digunakan untuk
pembelajaran terprogram, misalnya pengajaran matematika yang berurutan.
Kelompok diorganisasi seperti halnya dengan model STAD dan TGT. Bedanya yaitu
pada model STAD dan TGT menggunakan satu bentuk pembelajaran, sedangkan model
TAI mnggunakan kombinasi pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.
Selain itu model STAD dan TGT dirancang untuk berbagai bidang studi, sedangkan
pendekatan TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika pada kelas 3
sampai kelas 6. Pada model pembelajaran kooperatif dengan model TAI ini setiap
siswa bekerja sesuai dengan unit-unit yang diprogramkan secara individu yang
dipilih sesuai dengan level kemampuannya.
4.
Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC)
Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebuah program komprehensif
dalam pengajaran membaca dan menulis untuk kelas tinggi sekolah dasar ().
Pada
model ini siswa bekerja dalam tim dalam pembelajaran kooperatif beranggotakan 4
orang. Mereka terlibat dalam sebuah kegiatan bersama, termasuk saling
membacakan satu dengan yang lainnya, membuat prediksi tentang bagaimana cerita
naratif yang akan muncul, saling membuat ikhtisar satu dengan yang yang
lain,menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih mengerjakan serta
perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama unuk memahami ide pokok dan
keterampilan pemahaman yang lain. Selama pembelajaran ilmu-ilmu sastra, siswa
terlibat dalam menulis draf, saling merevisi dan mengedit pekerjaan satu dengan
yang lain dan mempersiapkan untuk publikasi buku kelompok.
Konsep
dasar bilangan cacah
Sebelum menginjak bangku sekolah
sebenarnya anak-anak sudah mengenal bilangan cacah, walaupun belum paham akan
makna bilangan cacah tersebut. Dari orang tuanya anak-anak biasanya sudah dapat
menyebutkan bilangan satu sampai sepuluh dengan berurutan. Tugas guru adalah
memberikan makna tentang bilangan cacah dengan menggunakan kemampuan awal yang
telah dimiliki anak tersebut. Hal ini dapat dimulai dengan mengelompokkan
anak-anak, kemudian anak-anak diminta berhitung sebanyak jumlah teman-temannya
dengan cara membilang dari 1,2,3,4,5 dan seterusnya. Untuk mengenalkan bilangan
0, guru meminta anak-anak yang tingginya dua meter untuk maju kedepan kelas.
Tentu saja tidak ada anak yang tingginya dua meter kemudian guru menyatakan
tidak ada anak di kelas trsebut yang tingginya dua meter hal ini menunjukkan
bahwa banyaknya anak yang tingginya dua meter tidak ada atau kosong atau nol
dan dilambangakan dengan “0” dengan demikian guru telah memperkenalkan barisan
bilangan hasil pencacahan himpunan yang dinyatakan dengan lambang
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 bilangan-bilangan inilah yang disebut bilangan cacah.
Penerapan
pembelajaraan kooperatif
a. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
Dalam penerapan pembelajarn kooperatif
pada materi bilangan cacah dalam pembelajaran matematika guru dapat menerapkan
model-model pembelajaran kooperatif seperti model STAD,TGT,CIRC yang digunakan
dalam proses pembelajaran tersebut misalnya guru yang akan menanamkan konsep
opeasi bilangan cacah kepada siswa dengan menggunakan model STAD dimana guru
tersebut terlebih dahulu membentuk kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 rang
orang siswa dari kemampuan akademis siswa, sehingga dalam setiap kelompok terdapat
siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah atau variasi jenis kelamin,
kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Adapun tahapan-tahapan dalam
pembelajaran model STAD untuk menanamkan konsep perkalian adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan
pembelajaran
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran kooperatif adalah
a. Materi
Materi
dalam pembelajaraan kooperatif dengan menggunakan model STAD dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
pelajaran mengenai operasi bilangan cacah guru hendaknya membuat lembar
kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari elompok, beserta lembar jawaban dan
lembar kegiatan tersebut.
b. Menentukan
skor dasar
Skor
dasar merupakan skor dasar pada kuis sebelumnya. Jika mulai menggunakan STAD
setelah memberikan tes kemampuan pra syarat atau tes pengetahuan awal, mak skor
tes tersebut dapat dipakai sebagai skor dasar. Selain skor tes kemampuan pra
syarat atau tes pengetahuan awal, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat
digunakan sebagai skor dasar.
2. Penyajian
Materi
Dalam
penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit, dimana setiap
pembelajaran dengan model ini selalu dimulai dengan penyajian materi oleh guru.
Sebelum menyajikan materi pembelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan,
memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan pra syarat dan
sebagainya. Misalnya guru terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran dari operasi bilangan cacah yang dapat meliputi :
·
Dengan menggunakan metode kooperatif
siswa diharapkan dapat melakukan penjumlahan bilangan cacah
·
Dengan menggunakan metode kooperatif
siswa diharapkan dapat melakukan pengurangan bilangan cacah
·
Dengan menggunakan metode kooperatif
siswa diharapkan dapat melakukan perkalian bilangan cacah
·
Dengan menggunakan metode kooperatif
siswa diharapkan dapat melakukan pembagian bilangan cacah
Guru memberikan motivasi kepada
siswa bahwa dengan bekerja secara kelompok akan meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mereka dalam operasi hitung bilangan cacah sehingga sangat diharapkan
para siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya tersebut. Sebelum
menyampaikan materi guru terlebuh dahulu menggali pengetahuan pra syarat
misalnya melakukan appersepsi yang berhubungan dengan operasi hitung bilangan
cacah setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran tersebut.
3. Kegiatan
belajar kelompok
Setelah guru menyampaikan materi
pembelajaran mengenai operasi hitung bilangan cacah, guru membagikan lembar
kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban pada masing-masing kelompok
dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara kelompoknya. Setelah
menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas guru menjelaskan tahapan dan
fungsi belajar kelompok dari metode STAD. Setiap siswa mendapat peran memimpin
anggota-anggota dalam kelompoknya, dengan harapan bahwa setiap anggota kelompok
termotivasi untuk memulai pembicaraan dalam diskusi.
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok
dengan model STAD diperlukan adanya
diskusi dengan siswa tentang
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk menunjukkan tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya,
misalnya :
a.
Meyakini bahwa setiap anggota
kelompoknya telah mempelajari materi mengenai operasi hitung bilangan cacah
yang sebelumya telah dijelaskan oleh guru.
b.
Tidak seorangpun menghentikan belajar
sampai semua anggota menguasai materi operasi hitung bilangan cacah tersebut.
c.
Meminta bantuan kepada setiap anggota
kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada kelompok lain
atau gurunya.
d.
Setiap anggota kelompok berbicara secara
sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai.
4. Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
dilakukan dengan cara mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas
oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intraksi
antara anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi
jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Pada tahap
ini pula dilakukan kegiatan hasil pemeriksaan kegiatan kelompok dengan
memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaan
serta memperbaiki jika masih terhadap kesalahan-kesalahan.
5. Siswa
Mengerjakan Soal-soal Tes Secara Individual
Pada tahap ini setiap siswa harus
memperbaiki kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan
kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap
ini tidak diperkenankan bekerjasama.
6. Pemeriksaan
hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh
guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan
menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan
sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
7. Penghargaan
kelompok
Setelah diproses hasil kuis, kemudian
dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis
terdahulu (skor dasar) dengan skor kuis
terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin
perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin (dalam Nur
Asma 2006 : 53) sebagai berikut.
·
Lebih dari sepuluh poin di bawah skor
dasar 5 poin
·
10 poin di bawah sampai satu poin di
bawah skor dasar 10 poin
·
Skor dasar sampai 10 poin skor dasar 20
poin
·
Lebih dari 10 poin skor dasar 30 poin
·
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan
skor dasar) 30 poin
Penutup
Dari
gambaran rincian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus memahami
karakteristik anak, guru harus memiliki strategi ataupun cara yang digunakan
dalam pembelajaran.
Sebagai
seorang guru sudah selayaknyalah mengubah strategi pengajaran, Suasana kelas
perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga siswa mendapatkan
kesempatan untuk berinteraksi Satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan
membuat komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan
mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan
dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan
mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan
pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana
belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara kooperatif.
Sehingga
pembelajaran pada mata pelajaran matematika dan khususnya materi pembelajaran
mengenai bilangan cacah dapat dipahami anak dengan baik.
Adapun
saran dari penulis adalah dari hasil uraian artikel di atas dapat dipahami
bahwa sudah saatnya guru meninggalkan gaya pengajaran yang bersifat
konvensional dan beralih kepada pengajaran yang modern salah satunya adalah
dengan penggunaan metode kooperatif.
Pembelajaran
model ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap sebuah materi yang akan
diterimanya, tidak hanya itu dampak positif juga akan dapat diterima oleh
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asma
Nur. (2006). Model Pembelajaran
Kooperatif. Jakarta: departemen Pendidikan Nasional.
Karso, dkk. (2000). Pendidikan Matematika 1. Jakarta:
Universitas Terbuka
Subroto,
Yessica. (2010). Penerapan Pembelajaran
Model Think Pair Share Dengan Pendekatan Contextual Theaching And Learning Pada
Materi Aritmatika Sosial Pada SMP Negeri 3 Sei Raya. Perbaikan Desain
Penelitian, Pontianak : Program S-1 STKIP PGRI
Subarinah,
Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar